Minggu, 30 Maret 2014

AIR TRAFFIC CONTROL SYSTEM

AIR TRAFFIC CONTROL SYSTEM
Makalah Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Teknologi Informasi 1 C Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma



Disusun Oleh :

NAMA                         :
-          Ayu Lestari
-          Mahardini
-          Nurhalidah Pasaribu
-          Ria Dwijayant
-          Ulfah Nurjannah
KELOMPOK                 :           7 (tujuh)
KELAS                          :           1EB09



JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb
            Segala puji bagi Allah, Dzat yang maha sempurna atas segala nikmat dan hidayah-Nya sehingga kami selaku penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Tanpa ridho Allah kami yakin makalah ini tidak selesai tepat pada waktunya. Sholawat serta salam senantiasa kami curahkan kepada Nabi Besar kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya nanti diyaomul qiyamah. Amin amin Yaa Robbal alamin….
            Makalah ini kami buat untuk menyelesaikan tugas Pengantar Komputer 1C, yakni tentang “Air Traffic Control System”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dimana banyak kekurangan baik dari segi penulisan, juga dari segi materinya.
   Oleh karena itu, kami sangat mengharap saran dari pembaca, khususnya dosen mata kuliah Pengantar Komputer 1C, mahasiswa/I , maupun pembaca lainnya untuk dapat memberikan kritik dan saran serta koreksinya guna perbaikan dan penyempurnaan makalah kami selanjutnya.

Kami juga ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1.      Ibu Prof. Dr. Hj. E. S. Margianti , SE., MM,
2.      Bapak Toto Sugiharto, Ir., MSc., Ph.D.
3.      Bapak Dr. Imam Subaweh, Ak.
4.      Ibu Yulia Eka Praptiningsih
5.      Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Depok, November 2013    

       Tim Penyusun               





BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang

Air Traffic Control System (ATCS) merupakan sistem pengendali lalu lintas udara. Tanpa adanya ATCS bisa dibayangkan bagaimana bahayanya arus penerbangan di Indonesia, entah itu tabrakan antar pesawat maupun yang lainnya. Bukan hanya itu, Air Traffic Control di Indonesia dimata dunia juga cukup menjadi sorotan, buktinya Indonesia menjadi juara Global Awards mengalahkan Thales ADS-B dan Adacel lnc.

B.      Rumusan Masalah

K.      Pengertian Air Traffic Control System (ATCS)?
L.      Tujuan ATCS?
M.     Air Traffic Control Pertama Didunia?
N.     Air Traffic Control Indonesia Dimata Dunia?
O.     Pembagian Pelayanan Lalu Lintas Udara?
P.      Cara Kerja Air Traffic Control di Bandara?
Q.     Pelayanan Lalu Lintas Udara?
R.     Pemetaan Lalu Lintas Penerbangan?
S.     Contoh Penerbangan
T.      Kasus

C.      Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan menambah wawasan sekaligus diharapkan memperdalam ilmu mahasiswa/I dalam dunia penerbangan, khususnya mengenai Air Traffic Control System.

D.     Metode Penulisan

Makalah ini kami susun dengan mengumpulkan bahan- bahan yang kami dapat dari internet, media massa (Koran), dan pustaka buku-buku mengenai air traffic control system.




BAB ll
PEMBAHASAN

A.     PENGERTIAN AIR TRAFFIC CONTROL SYSTEM

Air Traffic Control System atau dalam bahasa Indonesia disebut sistem control lalu lintas udara adalah sistem yang mengatur lalu-lintas di udara terutama pesawat terbang untuk mencegah pesawat terlalu dekat satu sama lain dan tabrakan. ATCS atau yang disebut dengan Air Traffic Control System merupakan sistem pengatur lalu lintas udara yang tugas utamanya mencegah pesawat terlalu dekat satu sama lain dan menghindarkan dari tabrakan (making separation). Selain tugas separation, ATCS juga bertugas mengatur kelancaran arus traffic (traffic flow), membantu pilot dalam menghandle emergency/darurat, dan memberikan informasi yang dibutuhkan pilot (weather information atau informasi cuaca, traffic information, navigation information, dll). ATCS adalah rekan dekat seorang Pilot disamping unit lainnya, peran ATCS sangat besar dalam tercapainya tujuan penerbangan. Semua aktifitas pesawat di dalam area pergerakan diharuskan mendapat izin terlebih dahulu melalui ATC, yang nantinya ATC akan memberikan informasi, instruksi, clearance/izin kepada Pilot sehingga tercapai tujuan keselamatan penerbangan, semua komunikasi itu dilakukan dengan peralatan yang sesuai dan memenuhi aturan.

B.      TUJUAN AIR TRAFFIC CONTROL SYSTEM
Berikut ini adalah tujuan pelayanan sistem lalu lintas udara yang diberikan oleh ATCS berdasarkan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) bagian 170 :
  1. Mencegah tabrakan antarpesawat.
  2. Mencegah tabrakan antarpesawat di area pergerakan rintangan di area tersebut.
  3. Mempercepat dan mempertahankan pergerakan lalu lintas udara.
  4. Memberikan saran dan informasi yang berguna untuk keselamatan dan efisiensi pengaturan lalu lintas udara.
  5. Memberitahukan kepada organisasi yang berwenang dalam pencarian pesawat yang memerlukan pencarian dan pertolongan sesuai dengan organisasi yang dipersyaratkan.
Biasanya Pengaturan lalu-lintas udara dilakukan di atas menara (Tower), agar dapat melihat dengan jelas keadaan runway Landas pacu


C. AIR TRAFFIC CONTROLLER PERTAMA DIDUNIA

       Bila ditarik kebelakang, sejarah air traffic control mungkin dimulai 2 dekade setelah Wright bersaudara menemukan pesawat pada tahun 1903. Tidak lama setelah perang dunia pertama (PD I) berakhir, orang mulai menyadari bahwa pesawat terbang memiliki potensi keuntungan dan komersil. Pada saat inilah beberapa perusahaan penerbangan komersial terbentuk. Pada akhir tahun 1920, telah terdapat beberapa perusahaan penerbangan komersial di Eropa seperti KLM di Belanda, 2 perusahaan penerbangan Perancis, 1 di Belgia dan 8 di Inggris.

            Tahun 1922 setelah terjadi minor collision di Bandara Croydon, London, pihak DGCA Inggris mengeluarkan Notam 62/1922 yang isinya memberitahukan kepada Pilot yang akan berangkat untuk mendapat urutan keberangkatan dan sinyal sebagai izin take off dari ‘controller’. Sinyal ini adalah lambaian bendera merah. Segera setelah ditemukan bahwa bendera ini tidak dapat terlihat pada beberapa tempat Croydon karena memiliki slope miring pada satu sisi, posisi bendera ini dipindahkan ke salah satu balkon pada gedung tertinggi. Pada bulan Juli 1922 di Croydon dibangun sebuah tempat observasi yang sekelilingnya bermaterial kaca. Bangunan ini sebenarnya dimaksudkan untuk menguji arah peralatan komunikasi wireless. Selanjutnya, ‘tower’ ini menjadi pusat komunikasi bagi seluruh penerbangan di bandara Croydon. Sang operator menusukkan pin pada peta yang tersedia tidak lama setelah menerima laporan posisi pesawat, dan berdasarkan perhitungannya sendiri, menjalankan pin tersebut sesuai dengan rute pesawat yang bersangkutan.

           Apabila diperkirakan 2 pesawat akan saling melewati, sang operator akan menginformasikan hal tersebut kepada pilot. Inilah lahirnya ‘Advisory Service’ yang pertama. Selanjutnya pada Notam 109/1924 mengenai peraturan untuk take off berbunyi “When the aircraft is visible from the control tower, permission to depart will be given from the tower…”. Inilah pertama kali terminologi control tower dipakai. Pada tahun 1926 sistem pengendalian lalu lintas udara mendapat nama baru yaitu Wireless Traffic Control dan petugasnya disebut Control Officers. Mulai saat itu terminologi ‘control’ secara resmi digunakan, tetapi hubungan Pilot/Controller masih berupa gentlements agreements. Hal ini berubah pada tahun 1927 dimana disepakati bahwa controller tidak hanya menginfo pilot mengenai keberadaan traffic lain, tetapi berhak memberikan arah terbang (direction) untuk menghindari traffic lawan. Jadi siapakah air traffic controller pertama di dunia?

            Jika melihat pada salah satu prinsip tugas air traffic control yaitu menjaga keselamatan pesawat terbang di bandara dan sekitarnya, sekiranya sah-sah saja jika menyebut Wilbur Wright sebagai air traffic controller pertama dunia. Dan Orville Wright menjadi yang kedua. Karena sementara Orville Wright melakukan 12 detik penerbangan pertama dalam sejarah manusia pada tanggal 17 Desember 1903 di Kitty Hawk, California, Wilbur Wright melakukan apa yang mungkin saat ini kita sebut sebagai ‘operational watch’. Untuk dapat take off pada kecepatan 20 mil/jam, Wilbur berlari mengikuti pesawat terbang pertama dunia itu sambil memegang wingtips-nya dan menyeimbangkan pesawat tersebut sampai airborne. Kemudian Wilbur memperhatikan dengan sangat seksama penerbangan tersebut sampai akhirnya Orville mendarat kurang lebih 120 feet didepannya. Selanjutnya saat Wilbur bertindak sebagai pilot, dan terbang selama 59 detik, giliran Orville Wright yang memperhatikan penerbangan yang dilakukan saudaranya dengan seksama sampai akhirnya mendarat 852 feet didepannya!

D.     AIR TRAFFIC CONTROL INDONESIA DIMATA DUNIA
Pada Tahun 2008 Indonesia terpilih sebagai salah satu pemenang Air Traffic Control (ATC) Global Awards. Hadiah tersebut diterima oleh DR. Budi Muliawan Suyitno, Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan pada tanggal 11 Maret 2008 di Amsterdam. lndonesia ditetapkan sebagai pemenang atas upaya lndonesia dalam merealisasikan penggunaan penemuan teknologi baru, yaitu pembangunan stasiun “automatic dependent surveillance” (ADS) guna memantau dan melacak posisi pesawat terbang yang melintasi wilayah lndonesia secara akurat dan terintegrasi. Dengan metode tersebut keterbatasan jangkauan radar dapat teratasi, karena pesawat secara otomatis dapat melaporkan posisinya melalui pengenalan kombinasi sistem antara teknologi GPS dan data untuk melacak posisi pesawat. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Dephub bersama dengan perusahaan IT bandara “SITA” terpilih sebagai pemenang pada kategori “Enabling Technology Award” - kontribusi dalam peningkatan kapasitas dan keselamatan penerbangan. Saingan lndonesia dalam mendapatkan penghargaan pada kategori tersebut yaitu Thales ADS-B dan Adacel lnc.
Organisasi Profesi Air Traffic Control Indonesia, Indonesia Air Traffic Controllers Association - (IATCA) dikukuhkan sebagai anggota organisasi International Federation of Air Traffic Controllers' Associations ( IFATCA ) pada tanggal 23 Maret 2001 di Gedung PBB Geneva - Switzerland .

E. PEMBAGIAN PELAYANAN LALU LINTAS UDARA
·         Pelayanan Pengendalian Lalu Lintas Udara (Air traffic control service), pada ruang udara terkontrol Controlled Airspace terbagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu:

1.      Aerodrome Control Service
Memberikan layanan Air Traffic Control Service, Flight Information Service, dan Alerting Service yang diperuntukkan bagi pesawat terbang yang beroperasi atau berada di bandar udara dan sekitarnya (vicinity of aerodrome) seperti take off, landing, taxiing, dan yang berada di kawasan manoeuvring area, yang dilakukan di menara pengawas (control tower). Unit yang bertanggung jawab memberikan pelayanan ini disebut Aerodrome Control Tower (ADC).

 2.      Approach Control Service
Memberikan layanan Air Traffic Control Service, Flight Information Service, dan Alerting Service, yang diberikan kepada pesawat yang berada di ruang udara sekitar bandar udara, baik yang sedang melakukan pendekatan maupun yang baru berangkat, terutama bagi penerbangan yang beroperasi terbang instrumen yaitu suatu penerbangan yang mengikuti aturan penerbangan instrumen atau dikenal dengan Instrument Flight Rule (IFR). Unit yang bertanggung jawab memberikan pelayanan ini disebut Approach Control Office (APP).

3.      Area Control Service
Memberikan layanan Air Traffic Control Service, Flight Information Service, dan Alerting Service, yang diberikan kepada penerbang yang sedang menjelajah (en-route flight) terutama yang termasuk penerbangan terkontrol (controlled flights). Unit yang bertanggung jawab memberikan pelayanan ini disebut Area Control Centre (ACC).

·         Pelayanan Informasi Penerbangan (Flight Information Service)
      adalah pelayanan yang dilakukan dengan memberikan berita dan informasi yang berguna dan bermanfaat untuk keselamatan, keamanan, dan efisiensi bagi penerbangan.
·        Pelayanan keadaan darurat (alerting service)
      adalah pelayanan yang dilakukan dengan memberitahukan instansi terkait yang tepat, mengenai pesawat udara yang membutuhkan pertolongan search and rescue unit dan membantu instansi tersebut, apabila diperlukan.

F.          CARA KERJA AIR TRAFFIC CONTROL

Kontrol Lalu Lintas Udara

Segala aktifitas pengaturan lalulintas udara dikendalikan dari ruang air traffic control. Sedangkan Ruang Air Traffic Control sendiri terdiri dari empat unit tugas yaitu :
1.                  Data Analyzing Room
2.                  En-route Control Unit
3.                  Pilot Unit
4.                  Terminal Control Unit
Pada ruang Air Traffic Control bekerja para petugas pengatur lalu lintas udara (air traffic controller) yang bertugas memantau dan mengarahkan lalulintas pergerakan semua pesawat yang terpantau di angkasa.Dalam menjalankan tugasnya, para petugas pengatur lalulintas udara memantau pergerakan pesawat dari alat Air Traffic Control Display.

Sistem Pendaratan Pesawat
Instrument Landing System adalah suatu sistem peralatan yang ada di Bandar udara yang digunakan untuk memandu pesawat dalam melakukan pendaratan dengan aman dan lancar. Instrument Landing System menggunakan dua transmisi.Transmisi yang pertama berfungsi untuk memandu pesawat menuju landasan pacu, transmisi yang kedua menginformasikan tentang ketinggian pesawat dari landasan pacu.

Alur pendaratan pesawat terbang dengan dipandu Instrument Landing System
Setelah memberi tahu pada bandara yang dituju, awak pesawat menunggu instruksi dari petugas Air Traffic Control. Pesawat akan diarahkan oleh Instrument Landing System melaui radio beacon untuk menentukan arah pendaratan agar tepat pada tengah tengah landasan pacu.

Ground Controlled Approach
Pesawat yang terpantau radar akan diarahkan oleh operator Ground Controlled Approach tentang petunjuk pendaratan pesawat terbang, dengan tujuan pesawat dapat mendarat dengan aman. Pekerjaan ini menuntut konsentrasi yang tinggi dari operatornya, sehingga diperlukan kerja shift karena bandara beroperasi dua puluh empat jam.



G. PELAYANAN AIR TRAFFIC CONTROL

ATC memberikan layanan kepada pesawat udara dalam penerbangan antara bandara juga. Pilot terbang di bawah salah satu dari dua set aturan untuk pemisahan : Aturan Penerbangan Visual ( VFR ) atau Flight Rules Instrumen ( IFR ) . Pengendali lalu lintas udara memiliki tanggung jawab yang berbeda untuk operasi pesawat di bawah perangkat peraturan yang berbeda . Sementara penerbangan IFR berada di bawah kontrol positif , di VFR pilot AS dapat meminta berikut penerbangan, yang menyediakan layanan konsultasi lalu lintas secara memungkinkan waktu dan juga dapat memberikan bantuan dalam menghindari bidang cuaca dan pembatasan penerbangan. Di seluruh Eropa , pilot dapat meminta untuk " Informasi Penerbangan Service" , yang mirip dengan berikut penerbangan. Di Inggris dikenal sebagai " Lalu Lintas Layanan " .

      En - rute pengendali lalu lintas udara masalah izin dan instruksi untuk pesawat udara , dan pilot diwajibkan untuk mematuhi instruksi ini . Pengendali En-route juga menyediakan layanan kontrol lalu lintas udara ke banyak bandara kecil di seluruh negeri , termasuk izin dari dari tanah dan izin untuk pendekatan bandara . Controller mematuhi seperangkat standar pemisahan yang menentukan jarak minimal yang diijinkan antara pesawat . Jarak ini bervariasi tergantung pada peralatan dan prosedur yang digunakan dalam memberikan pelayanan ATC .
karakteristik umum

      En - rute pengendali lalu lintas udara bekerja dalam fasilitas yang disebut Pusat Pengendalian Lalu Lintas Udara , yang masing-masing sering disebut sebagai " Pusat" . Amerika Serikat menggunakan istilah setara Air Route Traffic Control Pusat ( ARTCC ) . Setiap pusat bertanggung jawab untuk ribuan mil persegi wilayah udara ( dikenal sebagai Informasi Penerbangan Region ) dan untuk bandara dalam wilayah udara itu. Pusat mengendalikan pesawat IFR dari saat mereka berangkat dari wilayah udara bandara atau terminal daerah dengan waktu mereka tiba di wilayah udara lain bandara atau terminal daerah . Pusat juga dapat " mengambil" VFR pesawat yang sudah mengudara dan mengintegrasikan mereka ke dalam sistem IFR . Pesawat ini harus , bagaimanapun, tetap VFR sampai Center memberikan izin.

      Pusat pengendali bertanggung jawab untuk mendaki pesawat untuk ketinggian mereka diminta saat , pada saat yang sama , memastikan bahwa pesawat benar dipisahkan dari semua pesawat lain di daerah . Selain itu , pesawat harus ditempatkan dalam aliran konsisten dengan rute pesawat dari penerbangan. Upaya ini rumit oleh persimpangan lalu lintas, cuaca buruk , misi khusus yang memerlukan alokasi wilayah udara besar , dan kepadatan lalu lintas. Ketika pesawat mendekati tujuan, pusat bertanggung jawab untuk memenuhi pembatasan ketinggian oleh titik-titik tertentu , serta memberikan banyak bandara tujuan dengan arus lalu lintas , yang melarang semua pendatang yang " berkumpul bersama-sama " . Ini " pembatasan aliran " sering mulai di tengah-tengah rute, sebagai pengontrol akan posisi pesawat mendarat di tujuan yang sama sehingga ketika pesawat dekat dengan tujuan, mereka yang diurutkan .

      Sebagai pesawat mencapai batas daerah kontrol Center itu " diserahkan " atau " diserahkan " ke depan Control Center di Area . Dalam beberapa kasus ini " hand-off " proses melibatkan transfer identifikasi dan rincian antara controller sehingga layanan kontrol lalu lintas udara dapat disediakan dengan cara yang mulus , dalam kasus lain perjanjian lokal memungkinkan " serah terima diam" seperti bahwa pusat penerima tidak tidak memerlukan koordinasi jika lalu lintas disajikan dalam cara yang disepakati . Setelah hand-off , pesawat ini diberikan perubahan frekuensi dan mulai berbicara dengan controller berikutnya . Proses ini berlanjut sampai pesawat tersebut diserahkan ke terminal controller ( " pendekatan " ) .
cakupan radar

      Karena pusat mengontrol area wilayah udara yang besar, mereka biasanya akan menggunakan radar jarak jauh yang memiliki kemampuan , pada ketinggian yang lebih tinggi , untuk melihat pesawat 200 mil laut ( 370 km ) dari antena radar . Mereka juga dapat menggunakan data radar TRACON untuk mengontrol kapan ia menyediakan lebih baik " gambar" lalu lintas atau ketika dapat mengisi sebagian dari area yang tidak tercakup oleh radar jarak jauh .

      Dalam sistem AS , pada ketinggian yang lebih tinggi , lebih dari 90 % dari wilayah udara AS ditutupi oleh radar dan sering dengan beberapa sistem radar , namun cakupan mungkin tidak konsisten di dataran rendah digunakan oleh pesawat tanpa tekanan karena medan tinggi atau jarak dari fasilitas radar . Sebuah pusat mungkin memerlukan berbagai sistem radar untuk menutup wilayah udara yang ditugaskan kepada mereka , dan mungkin juga bergantung pada laporan posisi percontohan dari pesawat terbang di bawah lantai jangkauan radar . Hal ini menghasilkan sejumlah besar data yang tersedia untuk controller . Untuk mengatasi ini , sistem otomatisasi telah dirancang dengan mengkonsolidasikan data radar untuk controller . Konsolidasi ini termasuk menghilangkan pengembalian duplikat radar , memastikan radar terbaik untuk setiap wilayah geografis adalah menyediakan data , dan menampilkan data dalam format yang efektif .

      Pusat juga melakukan pengendalian terhadap lalu lintas yang melalui wilayah laut dunia . Daerah ini juga FIR . Karena tidak ada sistem radar yang tersedia untuk pengendalian laut , pengendali kelautan menyediakan layanan ATC menggunakan kontrol prosedural . Prosedur ini menggunakan laporan pesawat posisi, waktu , ketinggian , jarak , dan kecepatan untuk memastikan pemisahan . Controller catat informasi strip kemajuan penerbangan dan khusus dikembangkan sistem komputer samudera sebagai posisi laporan pesawat . Proses ini mensyaratkan bahwa pesawat dipisahkan oleh jarak yang lebih besar , yang mengurangi kapasitas keseluruhan untuk setiap rute yang diberikan . Lihat misalnya sistem Jalur Atlantik Utara .

      Beberapa Navigasi Udara Service Provider ( misalnya Airservices Australia , The Federal Aviation Administration , NAV CANADA , dll ) telah menerapkan Automatic Dependent Surveillance - Broadcast ( ADS - B ) sebagai bagian dari kemampuan pengawasan mereka. Teknologi baru ini membalikkan konsep radar . Alih-alih radar " menemukan " target oleh menginterogasi transponder , pesawat ADS dilengkapi mengirimkan laporan posisi sebagaimana ditentukan oleh peralatan navigasi di pesawat . Biasanya , ADS beroperasi di " kontrak " mode dimana pesawat laporan posisi , secara otomatis atau diprakarsai oleh pilot , berdasarkan interval waktu yang telah ditentukan . Hal ini juga memungkinkan untuk kontroler untuk meminta laporan lebih sering untuk lebih cepat membangun posisi pesawat untuk alasan tertentu. Namun, karena biaya untuk setiap laporan dibebankan oleh penyedia layanan ADS untuk perusahaan yang mengoperasikan pesawat , laporan lebih sering tidak umum diminta kecuali dalam situasi darurat . ADS adalah penting karena dapat digunakan di mana tidak mungkin untuk menemukan infrastruktur untuk sistem radar ( misalnya di atas air ) . Menampilkan radar Komputerisasi sekarang sedang dirancang untuk menerima masukan ADS sebagai bagian dari layar . Teknologi ini saat ini digunakan dalam bagian-bagian dari Atlantik Utara dan Pasifik oleh berbagai negara yang berbagi tanggung jawab untuk mengontrol wilayah udara ini .

      Pendekatan presisi radar yang umum digunakan oleh pengendali militer airforces dari beberapa negara , untuk membantu pilot dalam tahap akhir mendarat di tempat-tempat Instrument Landing System dan peralatan ditanggung udara canggih lainnya tidak tersedia untuk membantu pilot dalam kondisi jarak pandang nol marjinal atau dekat . Prosedur ini juga disebut Talkdowns .

      Sistem Arsip Radar ( RAS ) siap menjamin catatan elektronik dari semua informasi radar , melestarikan untuk beberapa minggu . Informasi ini dapat berguna untuk pencarian dan penyelamatan . Ketika pesawat telah ' menghilang ' dari layar radar , controller dapat meninjau kembali radar terakhir dari pesawat untuk menentukan posisinya kemungkinan . Sebagai contoh, lihat laporan kecelakaan [ 4 ] RAS juga berguna untuk teknisi yang menjaga sistem radar

H. PEMETAAN LALU LINTAS PENERBANGAN

Wilayah udara Indonesia terbagi dalam 2 FIR (Flight Information Region) yaitu Jakarta dan Makassar. Dari 2 FIR ini terbentuklah Jakarta ACC dan Makassar ACC Jakarta ACC maupun Makassar ACC mempunyai beberapa sektor. Hal ini dibentuk untuk meng-akomodasi ruang udara yang sangat luas, dengan tujuan meningkatkan keselamatan penerbangan.
Keterbatasan wawasan, perkenankan saya hanya memaparkan wilayah udara Jakarta saja.

Jakarta FIR mempunyai 5 sektor Jakarta ACC:
  1. Jakarta Upper Control Medan (UM),
  2. Jakarta Upper Control Palembang (UP),
  3. Jakarta Upper Control Tanjung Karang(UT),
  4. Jakarta Upper Control Semarang (US),
  5. Jakarta Upper Control Kalimantan (UK).
Masing-masing sektor ACC membawahi beberapa sektor yang disebut TMA (Terminal Area) sebagai contoh Medan TMA, Pekanbaru TMA, Jakarta TMA, Pontianak TMA, Palembang TMA.
Untuk Jakarta TMA itu sendiri terbagi 2, yaitu Jakarta Lower North (LN) dan Jakarta Lower East (LE).

Dibawah Jakarta TMA terdapat unit APP, disini terdapat Unit Jakarta Approach West (TW) dan Jakarta Approach East (TE). Kemudian Unit Arrival (AN) sebelum akhirnya Unit TWR, yang khusus di Bandara Soekarno-Hatta dipilah menjadi 4 unit, yaitu:
  1. Clearance Delivery (CDL),
  2. Ground Control Selatan (GS),
  3. Ground Control Utara (GN), dan
  4. Aerodrome Control Tower (TWR) (Tory Tri Ruknomo).

I.     CONTOH APLIKASI AIR TRAFFIC PADA PENERBANGAN
Berikut disampaikan proses (contoh) penerbangan pesawat dari Jakarta-Surabaya.

Penerbang akan selalu mengisi FPL (Flight Plan) dengan data-data sesuai formulir yang telah disediakan. Namun untuk penerbangan yang berjadwal operator penerbangan akan menyampaikan RPL (Repetitive Fight Plan) ke Unit BO (Briefing Office) dan Unit FDO (Flight Plan Data Operator) untuk kemudian dimasukkan ke dalam sistim otomasi.

Dimana peran ATC? [khusus Jakarta] (mohon maaf bila tidak berkenan)
1.      Awal mula penerbang akan selalu meminta ATC Clearance sebelum menghidupkan mesin dan bersiap meninggalkan lokasi parkir. (CDL)
2.      Setelah lengkap menjawab ATC Clearance 10 menit kemudian penerbang akan meminta untuk menghidupkan mesin pesawat dan mundur dari lokasi parkir.
3.      Masing-masing terminal keberangkatan mempunyai unit sendiri. Untuk terminal A-B-C penerbang akan berkomunikasi dengan GS, sedangkan terminal D-E-F dengan GN.
4.      Setelah pesawat tuntas menghidupkan mesin dan pada posisi siap untuk berjalan, maka penerbang akan minta ijin untuk taxi. Dipandulah pesawat tersebut menuju titik dimana akan memulai take-off. Dalam bahasa kami holding position.
5.      Dipertengahan jalan pada posisi yang sudah clear dengan pesawat yang lain penerbang akan diberi istruksi untuk berkomunikasi dengan unit TWR, karena tanggung jawab TWR yang akan memberangkatkan peswat tsb.
6.      Proses untuk keberangkatan ini akan tergantung dengan pesawat lain yang akan mendarat ataupun pesawat yang berada di depannya. Sehingga perhitungan dan pengalaman seorang ATC untuk memberangkatkan pesawat sangat berperan.
7.      Sesaat pesawat memulai mengudara, penerbang akan diminta berkomunikasi dengan unit TE, setelah lepas ketinggian tertentu penerbang diminta berkomunikasi dengan unit LE, demikian seterusnya hingga ke unit US.
8.      Setiap sektor pemanduan LLU, ATC yang bertugas mempunyai tanggung jawab memisahkan antar pesawat dengan separasi yang sesuai.
9.      Unit US akan selalu berkoordinasi dengan Unit Makassar ACC akan keberadaan pesawat yang dimaksud, sehingga pada suatu titik pesawat tsb akan dilimpahkan status tanggung jawabnya ke wilayah udara Makassar.
10.  Makassar ACC akan memandu pesawat tersebut hingga memasuki wilayah udara Surabaya TMA, dan seterusnya pada akhirnya penerbang akan berkomunikasi dengan Juanda TWR untuk melaksanakan pendaratan. Dan melaju ke tempat parkir pesawat di apron.

Inti dari paparan diatas adalah setiap pergerakan pesawat terbang akan selalu terpantau oleh ATC, karena penerbang selalu berkomunikasi dengan unit-unit ATC, baik itu dalam kondisi normal ataupun dalam kondisi abnormal.

Untuk sedikit memberikan gambaran mengenai pekerjaan ATC, ada satu film yang dibintangi oleh Angelina Jolie, John Cusack, Billy Bob Thornton dengan judul Pushing Tin.

J. KASUS (Pesawat Sukhoi)
 Kemungkinan penyebab jatuhnya pesawat sukhoi superjet 100 di gunung salak adalah
1.      Lepas Landas pada 14.12 WIB
Pesawat melakukan joy flight kedua dengan rute sekitar Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat
2.      Cuaca Buruk dan Ruang Hampa
Saat diatas gunung salak, diduga pesawat masuk keruang hampa sehingga meminta izin turun
3.      Meminta Turun
14.33 WIB (21 menit kemudian) pilot Sukhoi menghubungi menara pengendali (Air Traffic Control atau ATC) di Bandara Soekarno Hatta, meminta izin turun. Pesawat kemudian hilang kontak dikoordinat 06.43 menit 08 detik lintang selatan dan 106.3 menit 15 detik bujur timur.
4.   Menabrak Lereng
Pesawat menabrak lereng gunung salak diketinggian 5.800 kaki (1.767 meter) dengan kemiringan 85 derajat. KNKT menyebut insiden ini seperti Controlled Flight into Terrain, Pesawat laik terbang, tidak rusak, serta dibawah kendali pilotnya, tanpa sengaja menabrak.





BAB III
PENUTUP

A.           SIMPULAN

Dari uraian makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Air Traffic Control System atau dalam bahasa Indonesia disebut sistem control lalu lintas udara adalah sistem yang mengatur lalu-lintas di udara terutama pesawat terbang untuk mencegah pesawat terlalu dekat satu sama lain dan tabrakan. ATCS atau yang disebut dengan Air Traffic Control System merupakan sistem pengatur lalu lintas udara yang tugas utamanya mencegah pesawat terlalu dekat satu sama lain dan menghindarkan dari tabrakan (making separation). Selain tugas separation, ATCS juga bertugas mengatur kelancaran arus traffic (traffic flow), membantu pilot dalam menghandle emergency/darurat, dan memberikan informasi yang dibutuhkan pilot (weather information atau informasi cuaca, traffic information, navigation information, dll). 
Terdapat dua wilayah Wilayah udara Indonesia terbagi dalam 2 FIR (Flight Information Region) yaitu Jakarta dan Makassar. Dari 2 FIR ini terbentuklah Jakarta ACC dan Makassar ACC Jakarta ACC maupun Makassar ACC mempunyai beberapa sektor. Hal ini dibentuk untuk meng-akomodasi ruang udara yang sangat luas, dengan tujuan meningkatkan keselamatan penerbangan.

B.            SARAN

Demikian makalah yang kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penyampaian materi serta penulisan materi kami mengharap kritik dan saran para pembaca untuk bahan evaluasi kami dalam memperbaiki makalah selanjutnya.




DAFTAR PUSTAKA

a.      Pengertian Air Trafiic Control System http://www.sekedar-tahu-saja.
e.      Air Traffic Control System  http://en.wikipedia.org/wiki/Air_traffic_control
g.       Pemetaan lalu lintas penerbangan http://en.wikipedia.org/wiki/Air_traffic_control
h.