Secara keseluruhan, dinamika
perekonomian Indonesia pada tahun 2014 mengangkat beberapa pelajaran berharga
bagi upaya mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Pelajaran pertama yang mengemuka ialah pentingnya kebijakan makroekonomi, baik
fiskal maupun moneter, yang disiplin dalam menjaga stabilitas makroekonomi.
Perjalanan ekonomi selama tahun 2014 menunjukkan bahwa bauran kebijakan moneter
yang konsisten bias ketat dan kebijakan makroprudensial yang konsisten
diarahkan untuk menjaga SSK, serta kebijakan fiskal yang tetap konsisten
menjaga kesinambungannya dapat memperkokoh stabilitas makroekonomi. Menurut
Sadono Sukirno dalam bukunya Makro Ekonomi Teori Pengantar, “Pertumbuhan
ekonomi dapat didefinisikan sebagai: perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah”.
Kedua, di tengah berbagai
tantangan perekonomian yang kompleks, baik yang siklikal maupun struktural,
respon kebijakan yang hanya mengandalkan kebijakan stabilisasi dapat memiliki
dampak yang kurang menguntungkan pada pertumbuhan ekonomi. Guna memitigasi dampak
yang kurang menguntungkan tersebut, kebijakan stabilisasi dapat dibaurkan
dengan kebijakan stimulus fiskal dan reformasi struktural, sehingga ekonomi
dapat tumbuh lebih tinggi dengan stabilitas makroekonomi yang terjaga. Ketiga,
bauran kebijakan sebaiknya dapat diimplementasikan secara tepat waktu dengan
takaran yang terukur.
Terhambatnya implementasi
salah satu kebijakan menyebabkan bauran kebijakan tidak dapat dilakukan secara
optimal dalam merespon tantangan global dan mencapai tujuan-tujuan ekonomi
domestik. Keempat, koordinasi yang erat antar pemangku kebijakan menjadi elemen
penting untuk memperkuat efektifitas bauran kebijakan. Pelajaran terakhir,
dinamika perekonomian 2014 yang diwarnai oleh ketidakpastian yang sangat tinggi
juga mengingatkan pentingnya percepatan reformasi struktural guna memperkuat
fundamental ekonomi.
Ke depan, perekonomian dunia
diperkirakan tumbuh lebih tinggi, terutama didukung oleh perbaikan ekonomi
negara maju, khususnya AS sebagai motor penggerak. Dengan prakiraan ini,
diharapkan permintaan ekspor akan kembali meningkat sehingga dapat
mendukung pertumbuhan ekonomi domestik. Sementara itu, kebijakan QE
oleh ECB dan Bank of Japan diperkirakan dapat mengimbangi sebagian
pengaruh kebijakan the Fed terhadap pergerakan arus modal ke emerging
markets, termasuk Indonesia. Dengan demikian aliran modal masuk ke
Indonesia berpotensi relatif terbatas. Selain itu,
divergensi kebijakan moneter di negara-negara maju tersebut
dapat menimbulkan gejolak di pasar keuangan global yang selanjutnya
dapat memberikan tekanan terhadap stabilitas sistem keuangan domestik.
Daftar Pustaka
Anonim. 2015. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2014.http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/perekonomian/Pages/LPI_2014.aspx. 29 April 2015
Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar